Nyasar Nikmat di Belantara Hutan Lindung Danau Buyan-Tamblingan Bali

Agenda kali ini diadakan pada tanggal 8-9 September 2007. Bali Outbound Community ber-camping di Danau Buyan dan dilanjutkan dengan Trekking ke Danau Tamblingan, sebuah danau yang hanya terpisahkan oleh bukit dengan Danau Buyan.

Seperti diketahui, dikawasan wisata bedugul terdapat 3 danau alam (Danau Beratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan) dan wisata Kebun Raya Bedugul. Kawasan wisata tersebut berada di dataran tinggi yang berhawa sejuk dan kaya akan komoditas pertanian serta perkebunan. Anda bisa menemui buah markisa, stroberi, durian, tomat belanda, serta sayur mayur yang segar langsung diambil dari kebun.

Danau yang masuk ke area mainstream wisata Bali adalah Danau Beratan. Hal ini dikarenakan danau tersebut mudah dijangkau (dipinggir jalan raya Denpasar-Singaraja), terdapat pura yang terbenam di air danau, terdapat fasilitas olahraga air (jetski, speedboad, parasailing), fasilitas rumah makan, taman bunga, dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan 2 danau lainnya, masih harus masuk ke dalam dari jalan utama.

Kelemahan yang kami temukan selama menikmati 2 Danau (Buyan dan Tamblingan) adalah akses jalan masuk lokasi rusak dan fasilitas umum yang kurang lengkap. Seperti yang kami lihat pada papan penunjuk arah, Danau Buyan ini sepertinya dikhususkan untuk wisata camping dan trekking. Andalan menarik disekitar lokasi danau ini adalah lebatnya hutan lindung yang tertancap diperbukitan dan danau yang terkesan alami.

Danau Buyan mempunyai 2 lokasi untuk tempat camping, biasanya disebut Buyan 1 dan Buyan 2. Buyan 1 tepat berada di lokasi masuk Danau, sedangkan Buyan 2 harus masuk lagi sejauh kurang lebih 3 km dengan kondisi jalan 2 tapak yang bisa ditempuh dengan mobil, motor atau jalan kaki. Cuma, Buyan 2 lebih jauh dari pemukiman penduduk, sehingga akan susah bila mencari toilet dan warung terdekat.

Kami memutuskan menggunakan Buyan 1 sebagai tempat mendirikan tenda. Lokasi yang kami pilih adalah 100 m dipinggir danau dengan pemandangan menghadap langsung ke danau dan lapangan rumput. Jam 12 siang sudah terpasang tenda, tetapi dilapangan yang luas itu ternyata dipakai untuk syuting televisi kabel astro. Pihak production house meminta tolong kita untuk menurunkan dulu tendanya karena dirasa akan mengganggu pemandangan syuting. Untung kami berbesar hati menurunkan kembali. Tetapi, yang jadi masalah adalah, kami disarankan utk pasang tenda sekitar jam 5 sore seusai proses syuting, aduh. Dengan hati yang agak dongkol, kami masih belum bisa berbuat apa-apa. Sambil menunggu team yang lain datang, kami dimintain tolong lagi sebanyak 2 kali, yaitu meminggirkan perbekalan dan sepeda motor, hal ini membuat Berry dan Rico kesal. Mereka teriak-teriak seperti lolongan kingkong.

Akhirnya, jam 3 sore, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat yang agak jauh dari danau. Kami membersihkan lokasi dari daun-daun kering, rumput, pecahan kaca, dan kayu yang berserakan. Setelah itu, team pertama yang terdiri dari Rico, Berry, Ivant, Ojie dan Hendra mendirikan tenda dan mencari kayu kering untuk acara api unggun nantinya. Pas jam 6 sore, peralatan camping sudah terpasang. Selanjutnya, para outbouners mulai berdatangan, viar, uci, mas sidharta, arip, hadi, ratna, adib, maria, azis, mas ipung, andri, mas bambang, aim, antok, tutik, cobain, fandik, wati, didi, natalia, bli gunawan, dan bli gude.

Waktu beranjak malam dan gelab, kami menggunakan 2 lampu badai (dari minyak tanah) sebagai penerangan. Kami berkumpul disekeliling api unggun yang menyala terang, mampu untuk menghangatkan udara malam yang dingin. Mas Sidharta sebagai Dansipur (Komandan Seksi Dapur) mulai menyiapkan menu makanan untuk santap malam. Menunya adalah ayam betutu, sayur ketela, dan kerupuk. Suasana begitu nikmat karena kami melepaskan semua aturan-aturan yang selama ini rutin dilakukan. Salah satunya, ada yang makan tanpa harus cuci tangan. Mantab! hehehe.

Kami berkumpul lagi di api unggun, bernyanyi diiringi dengan gitar, ketipung (djembe) dan ukulele, tak lupa lengkingan setan si ivant memekikkan telinga disela-sela lagu berkumandang. Bernyanyi, ngopi, nyamil, colek sana-colek sini, olok-olokan, berdansa dan menggigil serta melengking teraduk-aduk menjadi sebuah acara yang mengesankan.

Satu persatu dari kami berguguran, ngantuk. Memasuki ruangan tidur dalam 1 tenda besar dan 2 tenda kecil serta ada juga tidur dipinggir perapian api unggun. Untuk mengusir dingin, ada yang tidur menggunakan sleeping bag, jaket, selimut, sarung, dan mengandalkan hangatnya perapian. Suara khas orang tidur sayup-sayup mulai terdengar, mendengkur, mengigau, dan gigi berdenyit hehehe.

Keesokan harinya, perapian masih menyala, kami gunakan untuk menghangatkan diri akibat dinginnya udara pagi. Kegiatan pagi itu diisi dengan santai menikmati kopi, sarapan pagi (nyemil roti dan mie instan), bersih-bersih diri di toilet penduduk yang memang disewakan, serta persiapan diri untuk acara selanjutnya, yaitu trekking ke Danau Tamblingan. Sebelum berangkat trekking, tenda serta alat-alat pendukungnya kami lepas dulu dan dititipkan wati untuk dibawa ke denpasar. Wati dan Fandik kebetulan tidak bisa ikut trekking, jadi terima kasih atas tumpangan alat-alat berat camping sampai ke denpasar.

Barang-barang yang sekiranya memberatkan kami titipkan di salah satu rumah penduduk, helm, tas, sleeping bag, dll. Selanjutnya dengan menggunakan motor, kami berangkat menuju lokasi camping di Buyan 2. Motor kami parkir disana, dan selanjutnya adalah berjalan bersama dimana menu pertama kali adalah tanjakan sejauh 100 meteran. Cukup mantap sebagai perkenalan untuk meneruskan perjalanan selanjutnya. Suasana hutan dengan pohon-pohon besar, teduh, dan sejuk cukup menyegarkan pandangan. Baru berjalan 10 menit, kami berhenti untuk berdoa dan briefing singkat yang dipimpin Mas Bambang.

Dalam briefing itu, Berry memberikan info tentang kegiatan pembersihan selama perjalanan. Jadi sampah-sampah yang ditemui selama perjalanan agar diambil dan dimasukkan ke kantong plastik, dan nantinya dibuang di tempat sampah. Well, toast pekik BOC mengakhiri kegiatan doa dan briefing itu. Perjalanan kita lanjutkan ditemani oleh pohon-pohon besar menjulang tinggi, celotehan crew BOC (Kebetulan anggota kami ada yang mirip penyanyi Gombloh, sungguh dandananya dia kali ini mengingatkan kepada penyanyi legendaris itu, rambutnya yg kritingz, pake topi, dan kacamata hitam … duh total Ivant “Gombloh” .. Dirrrr-radiooo, aku dengarrr), suara nafas memburu, kicau burung-burung dan semilir hawa sejuk pegunungan.

Oh ya, kami berangkat jalan kaki pada pukul 09.30 WITA. Selama perjalanan, banyak kami temui pohon-pohon yang diberi nama lokal dan nama latin, cukup informatif. Jalan setapak yang kami lalui ternyata mempunyai cabang arah yang berbeda-beda. Permainan insting dilakukan oleh kami yang ternyata berujung salah. Puji syukur kami bertemu dengan penduduk lokal yang akan memancing, dan Bli Sidharta terlibat pembicaraan serius tentang arah menuju ke Danau Tamblingan. Benar juga, arah kami salah, akhirnya penduduk tersebut menunjukkan jalan balik ke arah Danau Tamblingan.

Setelah diberitahu oleh penduduk lokal, kami lanjutkan perjalanan, tetapi jalanan itu bercabang lagi, dan membuat pusing kepala. Terlihat jelas para outbouners BOC yang terdiam lesu, kecapekan, pasrah, bengong dan ada juga yang beradu argumen (Mas Bambang dan Antok). Sepertinya pendapat Antok yang dituruti, karena dia sedikit ngotot hehehe, tapi akhirnya benar juga. Kami sampai di sebuah Pura. Disana kami beristirahat sebentar untuk melepas lelah dan berfoto. Ternyata, lokasi Danau Tamblingan itu tidak jauh dari Pura itu. Hanya 100 meter kami jalan dan turun ke bawah, sudah ketemu dengan Danau itu … Danau Tamblingan. Yuuuhuuuuu …..

Pukul 12.30 WITA, akhirnya kami sampai di Danau Tamblingan. Teman-teman mencari posisi sendiri untuk menikmati indahnya Danau Tamblingan. Ada menikmati snack sambil berendam kaki di air danau, duduk di bebatuan, tiduran, berenang, berpanas-panasan, berfoto, dandan, dan ada yang arisan (bohong) hehehe.

1 jam 30 menit kami habiskan waktu di Danau Tamblingan. Tepat pukul 13.30 WITA kami bertolak kembali ke Danau Buyan. Perjalanan begitu menyenangkan, cepat dan tidak melelahkan. Tetapi dalam perjalanan, rekan kami, maria mengalami cidera kaki keseleo. Maklum, klo sering jalan di Mall ya begitu jadinya hehehe. Tapi akhirnya sampai juga di lokasi camping Danau Buyan 2 pada jam 15.00 WITA. Sesampai disana, kami langsung bersama-sama ngacir ke Buyan 1 dimana makan siang sudah menunggu. Menu kali ini adalah ikan gerang, sambal pedas manis, sayur kacang polong (jadi ingat menu sayur di kapal KM Tidar), ayam betutu dan kerupuk. Tanpa banyak babibu, crew BOC menyerbu hidangan yang dipersiapkan oleh Dansipur Bli Sidharta itu.

Selanjutnya, kami membuang sampah hasil dari pungutan selama perjalanan trekking. Lumayan banyak lo sampah-sampah itu. Jadi, sampah yang diambil adalah bungkus-bungkus plastik snack dan air minum. Rupanya para peserta trekking terdahulu tidak tahu akibat limbah sampah an organik itu, merugikan alam.

Dalam kesempatan ini, kami, Bali Outbound Community menghimbau kepada semua manusia yang kebetulan membaca artikel ini : JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN, BUANGLAH SAMPAH ITU, SEMENTARA DI TAS/SAKU ANDA, DAN NANTINYA BUANG PADA TEMPAT YANG SEMESTINYA !!! ANDA SUDAH DIHIBUR OLEH ALAM, SEHARUSNYA BERTERIMA KASIH DENGAN IKUT MENJAGA KEASRIANNYA, BUKAN MALAH MENGOTORINYA !! NO GARBAGE AT ALL, I REALLY CALL THE POLICE I TELL YOU !!

About hendra

Berkarya di perusahaan Web Developer Bali (http://www.baliorange.net), alam selalu buat dadaku mengembang lapang!