Menhut: Bali akan Terus Mengecil
Prediksi Kuta dan Sanur akan tenggelam 20 tahun lagi, sudah harusnya disikapi masyarakat dan pemerintah. Jika dikaitkan dengan pernyataan Menteri Kehutanan MS Ka’ban, Sabtu (25/8), bahwasannya sudah 24 pulau di Indonesia tenggelam, maka prediksi itu bukan sekedar isapan jempol.
Saat meninjau Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN) Purasana dekat tugu ahlawan Puutan Tanah Aron di lereng gunung Agung, Karangasem, Menhut mengatakan sebagai dampak Pemanasan Global (Global Warming) dan terus meningginya permukaan laut, sudah ada 24 pulau yang tenggelam dari 17.000 pulau yang dimiliki Indonesia.
Guna mengatasi bencana alam banjir, tanah longsor, erosi, abrasi dan meluasnya lahan kritis, kata Menhut, Pemprop, Pemkab/Pemkot harus berani memplot anggaran untuk menghijaukan lahan yang masih kritis. Sebab, penghijauan lahan dalam jangka panjang akan menguntungkan semua pihak. Keuntungan penghijauan itu, lanjut Menhut, antara lain kedepan lahan menjadi lebih baik dan tidak tandus, tetapi subur karena struktur tanah menjadi lebih baik. Jika penghijauan berhasil dan hutan lebat, diharapkan dalam angka panjang muncul mata air, yang kering pada musim kemarau kembali mengeluarkan air.
PPKAN Purasana seluas 3,5 Hektar itu diresmikan Wapres Umar Wirahadikusumah tahun 1983. Kini PPKAN itu cukup berhasil, karena hutan mulai lebat dan hawa terasa sejuk. Kawasan itu kini disebut sebagai Kebun Raya Bedugul-nya Karangasem dan ke depan direncanakan dikembangkan menjadi Wana Wisata.
Terkait fenomena pemanasan global, katanya, dampaknya dalam beberapa tahun ke depan diramalkan menyebabkan banyak pulau d Indonesia akan tenggelam, termasuk Pulau Bali yg akan terus mengecil. Saat ini dari 17.000 pulau di Indonesia, sudah 24 pulau yg tenggelam. Menhut menyayangkan ngara maju/industri justru menuduh negara berkembang seperti Indonesia yang menjadi biang kerok pemanasan global karena banyaknya hutan yang terbakar dan terus terjadi pemalakan/penebangan liar (illegal logging). Padahal penyumbang terbesar sekitar 80% pemanasan global yakni sektor industri dan itu ada di negara-negara maju. “Kedepan kita menuntut dan negara maju harus memperhatikan dengan membayar kompensasi kepada negara berkembang seperti Indonesia yang terus berupaya melestarikan hutannya sebagai paru-paru dunia..” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg yang menerima kunjungan Menhut itu melaporkan kawasan huta di Karangasem baru sekitar 16% dari luas daratannya. Diakui sebagai kabupaten yang memiliki wilayah kering hampir 92%, masih banyak kawasan yang belum bisa dihijaukan. Kawasan itu seperti sebagian di Kecamatan Kubu sebagai akibat lahan kering berbatu bekas lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1963.
Bali Post – Senin, 27 Agustus 2007.