Development at Lake Buyan goes on without permits
Claudia Sardi , The Jakarta Post , Buleleng | Sat, 02/07/2009 1:11 PM | Bali
The development thriller of Lake Buyan, one of the few water catchment areas in Bali, is not yet finished as PT Nusa Bali Abadi, an Indonesian developer, has started to build around the sacred lake.
selanjutnya…
Postingan berita dari Agung Wardana (WALHI Bali) di milis Bali Blogger Community ini kebetulan banget pas sama niatku untuk posting sedikit tentang Danau Buyan. Seminggu setelah camping aksi penolakan eskploitasi Buyan kebetulan sempet mampir lagi ke Buyan hari minggu kemarin. Kondisi cuaca kemarin bener-bener buruk. Hujan ditambah angin berhembus kenceng banget di area Bedugul. Sukurnya pas masuk lokasi Buyan, hujan tinggal gerimis walau angin masih aja tetep kenceng. Setiba di area Danau Buyan, terlihat permukaan danau beriak tampak seperti permukaan lautan dengan awan mendung dan kabut tebal bergerak menggelayut di atasnya.
Ada yang menarik perhatian sebelum memasuki areal perkemahan di sana. Sekitar 200 meter sebelum pintu masuk areal danau mobil kami terhalang oleh lumpur yang menutupi jalan. Di sisi kiri tampak beberapa orang sibuk membuat tanggul untuk mencegah lumpur terus turun menutupi jalan. Kami pun mengurangi kecepatan, mencoba mencari tahu darimana datangnya itu lumpur.
Ternyata ada yang lebih parah selain jalanan yang menjadi korban lumpur tersebut. Sebagian ladang di sisi kiri/selatan jalan malah lebih tebal tertutup lumpur. Seperti yang kita tahu, sepanjang jalan menuju kawasan Danau Buyan adalah areal ladang yang terbentang di sisi kiri dan kanan jalan yang ditanami berbagai jenis sayuran. Sayuran yang terlihat siap panen itu sebagian terkubur lumpur tebal. Beh… alamat merugi nih yang punya ladang!
“Ada apa ini pak, longsor?”, tanyaku.
“Bukan, bukan longsor…”, jawab salah satu bapak yang sibuk membersihkan jalan.
“Gara-gara hujan terus ya pak”
“Iya, hujan terus.”
“Lumpurnya dari mana pak?”
“Dari atas sana…”, sambil menunjuk ke atas bukit. Lha bapak ini gimana, lumpur ngalir dari atas bukit sama aja dengan longsor pikirku.
Aku ikuti arah telunjuknya, tebak apa yang aku lihat di atas sana :)
Kompleks Villa!
Aku belum bisa menyimpulkan penyebab terjadinya banjir lumpur itu karena si bapak langsung sibuk lagi dengan tanggul-tanggulnya, dan kita haruse segera jalan karena mobil menghalangi kerja mereka.
Terus apa kaitannya sama berita yang di-forward oleh Agung Wardana? Mungkin kaitannya tidak secara langsung, tapi coba bayangkan kerugian apa lagi yang akan terjadi berikutnya kalau kawasan itu tidak diperhatikan dari sisi konservasi. Semoga jangan diperhatikan hanya dari sisi ekonomi wisata kapitalis saja.
Berlaku juga untuk kawasan lindung lainnya di Bali! Hutan, Gunung, Sawah, Sungai, Pantai dan lainnya.