Harmoni Satwa dan Alam Suku Wonotaka

waf2013-frontend

Suku Wonotaka adalah masyarakat yang mencintai alamnya. Mereka harmonis dengan rerimbunan pohon-pohon dalam hutan, bersahabat dengan aneka ragam binatang, dan bersinergi dengan para roh. Hingga pada suatu masa, mereka terusik.

Suku Wonotaka mendengar kabar bahwa ada segerombolan orang yang dipimpin oleh Tuan Sasakar, akan menebang hutan dan mengusir para binatang didalamnya untuk mengeruk emas. Tuan Sasakar akan menjual emas didalam hutan itu untuk menciptakan senjata yang kuat demi menguasai dunia.

Mengetahui kekuatan Tuan Sasakar yang super hebat, Suku Wonotaka merasa perlu untuk memanggil roh hutan yang bernama Anduril. Roh hutan yang sangat kuat, mampu melindungi dunia dari angkara murka Tuan Sasakar. Namun, tidaklah mudah memanggil Anduril, Suku Wonotaka membutuhkan bantuan anak-anak untuk melewati 5 ritual roh binatang perkasa.

Para roh binatang itu akan memberikan alat dan mantera untuk bisa memanggil Anduril, namun Suku Wonotaka dan anak-anak harus melalui 5 ritual roh binatang perkasa.

Shaman sang tetua Suku Wonotaka menyambut datangnya anak-anak. Shaman menjelaskan pentingnya harmoni alam dan binatang bagi kehidupan masyarakat Suku Wonotaka. Shaman juga menjelaskan tentang datangnya Tuan Sasakar, 5 ritual roh binatang perkasa, dan kekuatan Anduril dalam melindungi Suku Wonotaka dari kehancuran dan keserakahan Tuan Sasakar.

Suku Wonotaka suka menari dan mempunyai rahasia-rahasia penting tentang alam dan binatang. Maka Shaman mengajak anak-anak untuk menari ala Suku Wonotaka. Kemudian, rahasia-rahasia itu diberikan kepada anak-anak untuk bekal melewati 5 ritual roh binatang perkasa.

Roh pertama adalah monyet. Anak-anak menemui raja Monyet dan disana diberi ujian menebak nama binatang. Raja monyet membisikkan suatu nama binatang ke salah satu anak dan disuruh memperagakannya tanpa suara. Anak-anak harus menebak nama binatang itu agar lolos ritual.

Roh kedua adalah burung hantu. Anak-anak diberi ujian mengingat karena hanya anak-anak pintar mengingat saja yang bisa memanggil Anduril. Mereka ditunjukkan papan yang berisi susunan binatang oleh si burung hantu, beberapa menit kemudian disembunyikan lagi. Anak-anak harus mengingat posisi binatang dan menyusunnya kembali agar sama seperti papan binatang milik burung hantu.

Roh ketiga adalah kancil. Kancil ingin memberi mereka bagian dari alat pembuat suara tetapi sayangnya ia lupa mengambilnya dan benda tersebut tertinggal di tepi kolam buaya. Anak-anak bisa menggunakan papan untuk melewati sungai dan kembali dengan benda tersebut secepat mungkin atau mereka akan hilang. Mereka harus berbaris dan berdiri di atas papan dan bergerak melompat dari satu papan ke papan yang lain. Siapa yang menginjak air sungai akan dibutakan oleh scarf karena air sungai itu beracun.

Roh keempat adalah laba-laba. Laba-laba tua akan menolong anak-anak mendapatkan alat pembuat suara, tapi mereka mula-mula harus tahu bagaimana membuka ikatan tangan mereka. Kelompok anak-anak harus melepaskan ikatan untuk membentuk lingkaran utuh tanpa melepaskan genggaman tangan. Jika lolos, laba-laba akan memberikan alat pembuat suara.

Roh kelima adalah ular. Si ular akan menguji fleksibilitas anak-anak, kecepatan dan kebersamaan. Anak-anak membentuk barisan saling berpegangan di pinggang. Ujung barisan menjadi kepala ular. Ujung satunya menjadi ekor. Yang menjadi ekor memkai selendang di pinggang. Kepala akan berusaha menangkap ekor sementara ekor berusaha melarikan diri. Tapi barisan harus tetap berpegangan tidak boleh lepas.

Setelah sekian lama waktu berjalan dan ritual ujian yang harus dilalui, maka anak-anak dan Suku Wonotaka berhasil mendapatkan alat dan mantera untuk bisa memanggil Anduril. Mereka berkumpul di sebuah tanah lapang nan luas. Tuan Sasakar dan gerombolannya juga datang disana, berteriak mengancam Suku Wonotaka. Tuan Sasakar akan menebang hutan, usir dan membunuh semua binatang agar bisa ambil emas didalamnya.

Disaat Tuan Sasakar berteriak gaungkan angkara murka, anak-anak dan Suku Wonotaka memukulkan alat-alat nya dan berucap mantera menggelegar membahana “Anduril Hali Beli Wowo Haa”, “Anduril Hali Beli Wowo Haa”. Berkali kali mantera itu disebut dan akhirnya Anduril muncul membelah tanah lapang, melayang lembut menghampiri Tuan Sasakar.

Aura sakti Anduril memancarkan hembusan kematian bagi Tuan Sasakar dan gerombolannya. Semakin dekat semakin menyayat jiwa dan raga Tuan Sasakar. Disaat Tuan Sasakar telungkup melemah, anak-anak dan Suku Wonotaka bergegegas menghampirinya dengan serta merta menghantamkan alat-alat itu sebagai senjata pamungkas membinasakan Tuan Sasakar dan gerombolannya.

Maka Tuan Sasakar meregang nyawa dan hiruk pikuk kemenangan berkumandang seantero wilayah Suku Wonotaka. Langit kembali membiru, hembusan angin sejuk menyapih kulit anak-anak dan Suku Wonotaka. Mereka gembira dan kembali menari-nari rayakan kemenangan sang harmoni satwa dan alam.

We Are Family 2013

Begitulah suasana permainan pada kegiatan We Are Family (WAF) 2013, 24 Maret 2013 yang diadakan oleh Bali Outbound Community bersama anak-anak panti asuhan dan anak-anak tukang suwun pasar di lokasi outbound The Sila’s Agrotourism Bedugul.

WAF adalah agenda tahunan Bali Outbound Community dan 2013 ini adalah tahun yang ke 3 kalinya digelar. Panitia dari Bali Outbound Community mengajak 100 anak-anak panti asuhan dan anak-anak tukang suwun pasar Badung untuk berbagi keceriaan sehari bersama orang tua asuh.

Panitia WAF 2013 mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME, para sponsor, donatur, peserta dan para komunitas/organisasi yang ikut mewujukan kegiatan ini.

Sponsor WAF 2013 : The Sila’s Agrotourism, BOC.CO.ID, CV. Adam Jyota, Sahabat, Ellora Bali, Bali Hijau Lestari, Bali Carring Community, Asosiasi Rakyat Malaysia, Venlo Netherland Society, PT. Wastu Kinasih, Radio FBI, Flameable.

Donatur WAF 2013 : Hamba Allah, I Nyoman Kusuma Jaya, Enggi Safitri, mrTiket.com, Kadek Agus Suardana, Utari Kartika, Mbak Diana ( Kalimantan ), Restian PT.PP surabaya, Ade Maria PLN, Saskia PLN, Heru PLN, Rifathul Chasanah PLN, Infanti PLN, Dessy Rossa PLN, Luky Handianto PLN, Hawe Polisi, Tri Purwanti Nyomi PLN, Arsana DKK ,PLN, Fara PLN, Pak Andara, Sisca, Yusta, Aditya S, PLN, Lorent, Nina, Niken, Fatma PLN, Lina Mulya, Keshandra Laundry, Tina, Candra, Windy, Ardi Tekiber, Abhi Praya Wibawa, aMorinda, Elok, Onggo, Bali Hijau Lestari, Bali Profond, Fitriani Lukman Surabaya, Arya Swardharma, SISI rentcar, Aini Ratih, Resvi Fauzi, Giovara, Yuli Widyastuti, Lina PW, Hesti, bayu Wiguna, Igede Arya Sudarma, No Name, Atheis Wanker, Kakak Unyu2, No Name, Edo Subiapto, Arum Setyorini, Saifudin, Yokasara, Lingga & Fam , ENTITI Managemen, Lina PW, Rani Kusumaningtyas, Dewa Ayu Agung utari, No Name, Yuna Elis, BaTara, Eva Revadi, Wiwit Cahyani, Crish Pauwel & Friend, Vivi Nuril Maulana, Sulfhian , KOMIK FISIP, Hamba Allah, Derby, Kamalia, Danendra Ibrahim, Levina.

Peserta Orang tua/kakak asuh : Adek Dwinanda, M Agus Asyari, Irna PLN Denpasar, EFI NUR HANDARI, SRI YUNIATI, Nur Hijra, Shindoro,Dian Intan Puspitasari, Resvi / Ryan, Didi Purwadi,Wahyu Sadewo,Putu Desy Kusumasari, Nurdiansyah, Vivi Nuril Maulana, Iwan Kurnia SPV, Priyo Sutanto, Dayu Dyah Respati, I Gede Putra Permana, Siti Murniasih, Wayan Angga Anggariawan, Kadek Feny Resita, Erika, Anto, Catur Permada, Ni Ketut Efrata, Denni Febryanto, Astri, Diko, Dharmayuda, Ni Wayan Ani Agustini, Cok Gung, Cok Arina, Astha, Astrid, Ajus, Dian, Fitri Kurniawati.

Donatur sumbangan : Bali Profond, Tansbistro.com, Alifia, Peige lee

Sahabat Komunitas : Teater Kini Berseri, Yayasan Bali Hijau

Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan WAF 2012 Klik disini.

SAMPAI JUMPA DI WE ARE FAMILY 2014 !!

Dokumentasi Video :

Video oleh : Rio Simatupang dan Lina PW

 
Google has deprecated the Picasa API. Please consider switching over to Google Photos

About hendra

Berkarya di perusahaan Web Developer Bali (http://www.baliorange.net), alam selalu buat dadaku mengembang lapang!