Waktu itu sore-sore di akhir bulan Juli 2001, di Jl. Katrangan Gg XX (gangfunky), ditemani segelas kopi – gudang garam filter – genjrengan gitar, Rohman, Andri, Onon (Eko) dan Barry (Bebe) ngobrol ngalor ngidul di sebuah kamar sumpek jelek (kamarnya Viar). Saat itu kita semua lagi jenuh-jenuhnya sama keseharian, rutinitas, dan padatnya kota Jakarta… (jauh ih padahal). Berawal dari cerita Mas Rohman tentang pengalamannya yang seru di Gunung Lawu, obrolan sore itu jadi semakin meriah dengan ditimpali cerita pengalaman temen-temen lain yang serupa. Saking serunya cerita yang saut menyaut seputar gunung, adventurir, dan petualangan… (termasuk petualangan cinta), terbesit keinginan untuk merasakan sensasi dari cerita-cerita itu bersama. Maka kita berlima waktu itu langsung sepakat begitu ada ide untuk mendaki gunung. Gunung yang menjadi korban adalah Gunung Batur (1717 meter di atas peermukaan laut / mdpl)!
Tanpa ba-bi-bu….dan tanpa persiapan yang matang, bermodalkan semangat kebersamaan dan keinginan yang besar, maka keesokan harinya kita berangkat ke Kintamani pada jam 19.15 wita. Pada dasarnya kita berlima saat itu belum tau banyak tentang pendakian (amatiran). Dengan peralatan seadanya, informasi dr penduduk setempat, dan inget-inget lupanya Viar, kita mulai menjejakkan kaki menaiki lereng Gunung Batur tepat pada pukul 22.00 wita. Perjalanan diiringi dengan lagu Limp Bizkit yg sayup2 tedengar dari salah satu rumah penduduk yg kita lewati (gile, waktu itu kita udah ngiranya perjalanan itu bakal hening dan suasananya ndeso, ternyata….)
Akhirnya, setelah berkali-kali tersesat dan istirahat (coffee break) – kita sampe di puncak tertinggi Gn. Batur pada pukul 4 pagi (waktu yang cukup lama utk sebuah pendakian Gn Batur – malu deh kl inget2 yg ini). Dan ternyata, sepanjang jalan yg kita lewati bukanlah trek yang biasanya digunakan para pendaki. Puji syukur pada Allah SWT karena kita berlima dapat sampai dengan selamat di puncak Batur. Sunrise yang udah ditunggu-tunggu dari jam 4 pagi akhirnya muncul dengan indahnya dan spektakuler (jujur, jarang banget bisa liat moment seperti saat itu dimana langit bener2 merah, matahari begitu bulatnya, dan kabut tipis seperti selimut kapas putih yang menutupi semua daerah di bawah kaki gunung). Kita semua terpana melihat keindahan itu… dan rasanya masih nggak percaya kalo kita udah ada di puncak Batur.
Pengalaman pertama itu sangat mengesankan kita berlima. Beberapa hari setelah itu, saat kita bersama-sama melihat hasil foto dokumentasi, muncul keinginan untuk mengajak teman-teman lainnya ikut merasakan, menikmati dan mensukuri kebesaranNya. Maka disusunlah rencana pendakian berikutnya. Kita berlima (Mas Rohman, Barry, Viar, Andri, dan Onon) sepakat target berikutnya adalah Gn Batukaru (2.275mdpl) dengan peserta yang lebih banyak dari sebelumnya.
Peserta awal pendakian itu menurut catatan sejarah adalah: Mas Rohman, Viar, Barry, Andri, Eko Onon, Yudi Pacul, Alex, Chandra (peserta wanita satu2nya). Karena saat itu kita belum ada yang tau jalur Batukaru, dan nggak mau tersesat lagi maka kita sepakat untuk mengajak orang yang sudah berpengalaman di gunung itu. Dan orang itu adalah…..tet…tereeeeeeeeeet…. Mas Bambang! (dengan rambutnya yg gondrong waktu itu dia keliatan serem, galak, kumel, dan cabul) ditambah satu orang partnernya, Mas Rio. Maka kloplah 10 orang peserta siap untuk menjelajah di rerimbunan hutan hujan tropis Gn. Batukaru untuk mencapai puncak.
Dengan diantarkan oleh Rico (yg kebetulan waktu itu berhalangan untuk ikut) dengan menggunakan mobil kijang sewaan, kita tiba di Pura Luhur Batukaru pada jam 20.00 wita dan start menuju puncak pada jam 24.00 wita.
Perjalanan kali ini lebih melelahkan, trek licin, hutan yang rapat, dan pacet gila yg nempel2 di badan ga pake ijin. Tapi semua itu mendadak nggak penting karena semangat dan keceriaan kita semua selama perjalanan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama delapan jam, sinar matahari sudah menyambut kita di puncak Batukaru.
Beberapa hari kemudian, kita kembali berkumpul bersama melihat foto-foto dokumentasi sambil berbagi cerita masing-masing sewaktu pendakian kemarin. Melihat antusias teman-teman, kami berlima terlibat pembicaraan yang lebih serius untuk meneruskan dan mengembangkan kegiatan ini. Gak nyangka respon temen-temen begitu positif, ditambah lagi dengan keikutsertaan temen-temen lainnya yg lebih banyak. Terlepas dari kesenangan itu semua kita juga ingin semakin banyak generasi muda yang mencintai dan melestarikan alam, maka dibentuklah organisasi-organisasian yang disebut GPA (Gerombolan “Pura-pura” Pecinta Alam). Tujuannya sih biar lebih terkoordinir dan lebih terasa kebersamaannya, gitchuw…
Tujuan dari terbentuknya GPA akhirnya terwujud dengan suksesnya kegiatan yang sudah-sudah sepertih, Kemah Bakti Sosial di Danau Buyan, Trekking Buyan – Tamblingan (PP), Travelling, beberapa kali Pendakian Gunung salah satunya adalah Gn. Agung (3142 mdpl), sampai merasakan indahnya suasana pedesaan di desa Subaya – Kintamani (makasih Mas Ipung atas segala sumbangsihnya buat kita yg bengal2 ini, we love you and your life style), dll.
Semenjak itu, kegiatan-kegiatan serupa semakin sering kita adakan dengan personil semakin bertambah. Hanya dengan menggunakan media ajakan dari mulut ke mulut (mouth to mouth), akhirnya keluarga GPA semakin banyak seperti yang kita tau sekarang dan semakin beragam kegiatan yang lebih seru.
Seiring dengan bertambahnya umur dan personil GPA, semakin banyak ide kreatif yang disumbangkan oleh temen-temen. Salah satunya adalah dibuatnya sebuah website oleh Mas Hendra dan Mas Bambang sebagai media komunitas ini yang bernama wwww.balioutbound.com. Dengan ide awal sebagai media dokumentasi kegiatan, yang sekarang berkembang menjadi media sharing informasi dalam komunitas GPA. Berhubung nama website tersebut adalah Bali Outbound Community dan biasa disingkat dengan BOC, maka lambat laun nama GPA beralih menjadi BOC. Tapi nama bukanlah menjadi suatu masalah bagi kita semua, itu hanya simbol kebersamaan yang menyatukan komunitas ini menjadi sebuah keluarga besar (cool huh? iyeeeek….) *sok bijak mode=on
Dengan didukung oleh semua personil, semua kegiatan semakin bertambah seru, semakin terkoordinir, dan berjalan dengan lancar, ditambah lagi dengan menu2 Dansipur (Komandan Sidharta) yang bikin ketagihan, hormat senjata komandan!! *ngacung2in sendok sama piring*. Setiap kegiatan selalu menjadi cerita tersendiri bagi masing-masing peserta dan komunitas ini. Keceriaan, kebersamaan, kegilaan, dan kekonyolan-kekonyolan yang ada adalah salah satu penyemangat bagi kita semua untuk selalu kembali mengadakan kegiatan-kegiatan berikutnya yang lebih bermanfaat. Baik bagi kita semua, alam, masyarakat, dan Indonesia tercintah! Merdekaaaah!!!!
Semoga segala kegiatan dan komunitas ini semakin berkembang dan bermanfaat dengan ridho TSA (Tuhan Semesta Alam). Amin.